Tegal Kota ,sejarah
perjuangan Islam tidak hanya Dongeng bagi para umat terutama para penerus dan
umat nantinya, hal tersebut disampaikan oleh Al Habib Muhammad Lutfi bin Ali
Yahya , Jumat (30/01) siang dalam Mauidhotul
Hasanah pada acara Maulidur Rasul
Nabi Besar Muhammad SAW yang digelar Majelis Dzikir Wadda’wah Nahjul
Hidayah bertempat di kediaman Habib Abdullah Debong Tengah Kota Tegal
Hadir dalam kesempatan tersebut unsur
Forkopimda Tegal dalam hal ini Wakil Walikota Drs HM Nursoleh MMPd, Kapolres
Tegal Kota AKBP Bharata Indrayana,Sik bersama Kapolsek Tegal Timur Kompol M
Syahri,SH serta para Habib dan ulama pengasuh pondok pesantren dari berbagai
daerah serta dihadiri ribuan jamaah .
Kegiatan diawali dengan pembacaan doa
dan sholawat yang dilanjutkan dengan menyanyikan bersama lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Padamu Negeri serta sambutan dbaik dari tuan rumah
selaku penyelengara serta Wakil Walikota yang mewakili walikota yang
menginggatkan kembali pentingnya kerjasama antar ulama dan umarah sehingga
diharapkan situasi kota Tegal dapat terjaga termasuk kesejahteraan semua
lapisan masyarakat .
Lebih lanjut disampaikan oleh beliau
bahwa luasnya Samudera Laut yang diibaratkan sebagai tintanya , tidak akan
mampu untuk menjelaskan atau menafsirkan semua isi yang terkandung dalam Al
Quran , selain itu disampaikan pula walaupun semua benda yang mengalir melalui
sungai-sungai dan bermuara dilaut semua benda tersebut tidak akan mampu menuju
/ mencapai ketengah laut dan akan selalu menepi maupun mengotori dimana laut
akan selalu bersih.
Selanjutnya
menurut beliau bahwa diibaratkan hal tersebut merupakan situasi NKRI dimana
unsur TNI/POLRI bersama ulama dan masyarakat bersatu dan berkeyakinan teguh
tidak terpengaruh oleh hal-hal lainnya niscaya NKRI akan aman dan kondusif
masyarakat akan tentram dan sejahtera.
Selain itu juga beliau menginggatkan perlunya
kewaspadaan terhadap oknum yang berusaha memecah belah termasuk dengan
menghilangkan sejarah perjuangan para Nabi termasuk para Wali ulama dan pejuang
agama lainnya , yang mana dicontohkan beliau dimana saat ini hanya ada beberapa
peninggalan para Nabi dan Rosul di Madinah , namun sejarah keluarga atau
peninggalan lainnya berusaha dihilangkan termasuk diantaranya ziarah makam para
Wali sebagai anggapan penyembahan berhala.
Hal ini berbeda dengan ajaran lainnya
yang memiliki sejarah berikut data lengkap, dan beliau berharap dan tidak
menginginkan agar hal tersebut tidak hanya menjadi sekedar Dongeng bagi para
umat terutama generasi penerus kelak.
Sebelumnya disampaikan oleh KH Subhan Ma’mun Pengasuh Ponpes As-Salafiyah Luwungragi , beliau menyampaikan
bilamana suatu kegiatan Maulidan tanpa kehadiran para Habib dirasakan “Kempang”, dimana para habib merupakan
keturunan dan penerus ajaran nabi. namun hal tersebut tidak mengeyampingkan
peranan dari para ulama lainnya dimana diibaratkan suatu burung yang dapat
terbang dengan sayapnya dimana sayap kiri merupakan para ulama dan sayap kanan
para Habib yang bersama-sama mensyiarkan ajaran agama islam dimasyarakat.
Hal lainnya yakni ada 3 tempat yang
dapat memancarkan cahaya dan dapat terlihat
dari arsy (langit) sebagaimana mahluq bumi dapat melihat benda benda
yang ada dilangit yakni Masjid yang selalu dimakmurkan oleh para jamaah , rumah
yang selalu dihiasi dengan bacaan surat alquran oleh para penghuninya serta
para mahluq yang dalam kehidupannya selalu berpedoman pada al quran termasuk
menjalankanya dan memakmurkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar